Sabtu, 04 April 2015

Perbandingan Harga Pemasangan Atap Kayu Vs Baja Ringan
Berikut sedikit yang bisa kami jelaskan mengenai perbandingan biaya yang dibutuhkan jika kita menggunakan atap kayu dibandingkan dengan biaya menggunakan baja ringan. Sampel yang digunakan adalah rumah type 50 dengan model atap standar pelana menggunakan genteng beton dan kerepus. 


Type Rumah 50 ATAP KAYU
NO
Uraian
Satuan
Harga Satuan (Rp)
Jumlah
(Rp)
1
Kayu 8/12 x 400 cm
17 Btg
125.000
2,125,000
2
Kayu 4/12 x 400 cm
2 Btg
60.000
120,000
3
Kayu 6/10 x 400 cm
4 Btg
75.000
300,000
4
Kayu 5/7 x 400 cm
59 Btg
42.500
2,507,500
5
Kayu 3/4 x 400 cm
72 Btg
17.500
1,260,000
6
Kayu 3/25 x 400 cm
15 Kpng
90.000
1,350,000
7
Upah Kerja
2 Org
(1.500.000)*
3,000,000
8
Paku
15 Kg
16.000
240,000
9
Genteng Beton
730 Buah
3.000
2,190,000
10
Genteng Kerepus
38 Buah
4.500
171,000
TOTAL BIAYA
13,263,500
Keterangan: * kurang lebih
(Harga menurut harga pasaran kayu di Gunungpati Semarang, tahun 2011)


Type Rumah 50 ATAP BAJA RINGAN
NO
Uraian
Satuan
Harga Satuan
Jumlah
(Rp)
1
Bottomchord(5Btg®11 m)
Rumah Type 50
Atau luas atap = 77m2
115.000,-
8.855.000,-
2
Top chord (6 Btg @11 m)
3
Web (9 Btg @11 m)
4
Top Span (44 Btg @6 m)
5
Baut 12— I4×50 HEX (165 Bh)
6
Baut 10—16 x 16 HEX (221 Bh)
7
Bracket L, Dyna Bolt 14 mm (6 Bh)
8
Genteng Beton
730 Buah
3.000
2,190,000
9
Genteng Kerepus
38 Buah
4.500
171,000
TOTAL BIAYA
11.216.000
Harga menurut penawaran harga Tasso Truss
- Merk baja: TASSO TRUSS
- Ukuran: 0,65mm – 0,75mm

Di samping itu, keunggulan menggunakan atap baja ringan selain harganya bisa dipangkas hingga 30% memiliki kelebihan-kelebihan lainnya yaitu:
-         Anti Rayap
-         Tahan Karat
-         Lebih ringan disbanding kayu
-         Pemasangan cepat dan mudah
-         Tahan api
-         Pemasangan lebih akurat
-         Tidak melengkung
-         Tidak perlu di cat
-         Tidak ada material terbuang

-         Sekalipasang untuk selamanya

Desain Tangga




dari Teknik Dasar, Mezzanine sampai Contoh Unik
Tangga dan pencahayaan




. Foto tangga yang inspiratif. Desain tangga (atau secara umum arsitektur dan interior) adalah perpaduan kecermatan matematis dan cita rasa seni. Desain yang baik dimulai dengan perhitungan matematis yang sempurna. Kalau Anda salah menghitung secara persis jumlah/tinggi anak tangga, serta kebutuhan ruang untuk tangga, rumah menjadi tidak nyaman. Cita rasa seni akan membuat tangga menjadi ornamen interior rumah yang menawan.

Ringkasnya. Tip kali ini berisi panduan dasar teknik desain tangga. Disertai contoh untuk inspirasi interior rumah.

Tangga yang Ergonomik
Artinya, tangga harus nyaman dipakai. Orang tidak merasa capek naik tangga. Idealnya, tinggi anak tangga 20 cm. Tentu dapat diberi toleransi. Tetapi lebih dari 25 cm akan membuat orang lama-lama cepat lelah. Lebar anak tangga setidaknya 25 cm. Agar cukup untuk tapak kaki. Kurang dari itu membahayakan. Sementara panjang anak tangga yang nyaman untuk lalu lalang minimal 0,9-1 meter.
http://annahape.files.wordpress.com/2010/02/1gambar-elevasi-tangga.jpg?w=300&h=169
Gambar Elevasi (elevation) tangga
Tinggi (rise) dan lebar anak tangga (run) harus konsisten. Semua anak tangga harus mempunya ukuran tinggi dan lebar yang sama persis. Karena itu perhitungan harus dilakukan sejak awal desain. Yang harus dihitung adalah tinggi lantai atas dan tinggi lantai bawah (elevation). Bagilah elevation dengan tinggi anak tangga. Misalnya tinggi lantai 2 adalah 3m. Dan tinggi anak tangga 20 cm. Maka dibutuhkan. Anak Tangga: 300/20= 15 anak tangga.
Selanjutnya Anda harus juga menentukan berapa luas ruang yang dibutuhkan untuk tangga. Kalau lebar anak tangga adalah 25. Maka total panjang ruang yang dibutuhkan adalah 25×15 = 3,7m. Total ruang yang dibutuhkan adalah 1m (panjang anak tangga) x 3,7m = 3,7m2. Ini kalau asumsinya tangga berbentuk lurus saja seperti gambar di atas.


Pengembangan Bentuk Tangga

Bentuk tangga dapat mengikuti ruang. Jadi tangga tidak selalu berbentuk lurus. Tangga dalam rumah dapat berbentuk L atau U. Denah tangga bentuk L saya perlihatkan dalam gambar berikut ini.. Pemanfaatan denah tangga L dalam rumah bisa dilihat dalam contoh rumah di Tip 70.


http://annahape.files.wordpress.com/2010/02/2-denah-tangga-berbentuk-l.jpg?w=640
Layout tangga bentuk L
Yang paling populer adalah tangga bentuk U karena lebih ringkas. Tangga U dapat sangat fleksibel tergantung ruang. Lihat layout berikut.
http://annahape.files.wordpress.com/2010/02/3-denah-tangga-berbentuk-u.jpg?w=640
Gambar Elevasi dan gambar Denah Tangga bentuk U
Untuk memastikan presisi tangga Anda dapat membuat gambar elevasi dan gambar denah. Saya tampilkan dua contoh sederhana. Asumsi elevasi adalah 2,85 M. Jumlah anak tangga 15. Pada gambar pertama, luas ruang yang dibutuhkan 2,08 m X 3,275 m Sementara pada gambar kedua luas ruang yang dibutuhkan 2,85 x 2,1m. Ingatlah sekali lagi bahwa bila tinggi lantai berubah menjadi 3m, jumlah anak tangga, dan kebutuhan ruang juga akan berubah.

Tangga dan Mezzanine


Bentuk tangga U juga dapat dikembangkan menjadi mezzanine. Yaitu ruang antara lantai 1 dan 2. Mezzanine dalam rumah merupakan pemberhentian sejenak. Di mezzanine Anda dapat menempatkan ruang keluarga, atau ruang baca. Pada contoh di bawah ini saya memperlihatkan sebuah mezzanine yang difungsikan sebagai ruang belajar. Pada sisi sebelah kiri saya tampilkan gambar denah tangga dan mezzanine. Sedang pada gambar sebelah kanan adalah gambar sketsa dari mezzanine dan tangga.

http://annahape.files.wordpress.com/2010/02/4-desan-tangga-dan-mezzanine.jpg?w=640Tangga dan Mezzanine
Perpaduan antara mezzanine dan tangga ini cocok diterapkan dalam rumah dengan lahan terbatas namun kebutuhan ruangnya banyak

Tangga dan Pencahayaan


Area tangga harus mendapat sinar matahari yang cukup dari lantai 2. Jika tidak, area tangga akan lembab dan menimbulkan kesan seram atau muram. Perhitungkan agar sinar matahari dapat masuk ke area tangga. Hal itu dapat dilakukan dengan membuat jendela dengan kaca mati di dinding atau glassblock/genting kaca pada atap rumah.
Tangga dan pencahayaan
Pada foto di atas saya memperlihatkan pencahayaan di salah satu proyek kami. Gambar sebelah kiri memperlihatkan pencahayaan dari dinding. Gambar tengah memperlihatkan cahaya alam yang masuk lewat glass block pada atap dak. Pencahayaan alami yang didesain sejak awal dapat berfungsi bak lighting pada hiasan dinding dekat tangga. Efeknya, cahaya matahari memperkuat hiasan dinding sebagai focal point di area tangga dengan cara yang menakjubkan. Desain pencahayaan alami yang diperhitungkan sejak awal

Tangga dan Interior

Dalam beberapa foto berikut saya memperlihatkan bagaimana tangga dapat menjadi ornamen interior yang eksotik sekaligus fungsional. Di tangan seorang arsitek yang desainer atau desainer interior tangga tidak hanya fungsional tetapi juga indah. Tangga yang didesain dengan baik dapat menjadi bagian dari interior rumah yang menawan. Lihatlah contoh-contoh berikut ini.
http://annahape.files.wordpress.com/2010/02/6-tangga-multi-fungsi2.jpg?w=640
Tangga yang berfungsi juga sebagai storage (ki) dan tangga yang dikombinasi dengan rak buku (ka)
http://annahape.files.wordpress.com/2010/02/7-desain-tangga-gabriella-gustafson2.jpg?w=640
Tangga dengan gaya country, dan tangga dengan susunan balok segitiga dari kayu olahan
http://annahape.files.wordpress.com/2010/02/8-design-tangga-putar.jpg?w=640
Tangga putar yang menawan cocok untuk kantor/ruko
Lantai bawah untuk ruang layanan sedang lantai atas untuk kantor atau back office

Selamat mencoba. Tulisan ini dapat disebarluaskan dengan izin dan menyebutkan sumbernya.

Dasar-dasar Navigasi

Dasar-dasar Navigasi

Navigasi adalah pengetahuan untuk mengetahui keadaan medan yang akan dihadapi, posisi kita di alam bebas dan menentukan arah serta tujuan perjalanan di alam bebas.
Pengetahuan tentang navigasi darat ini meliputi:
• Pembacaan peta
• Penggunaan kompas
• Penggunaan tanda-tanda alam yang membantu kita dalam menentukan arah.
Pengetahuan tentang navigasi darat ini merupakan bekal yang sangat penting bagi kita untuk melakukan kegiatan di alam bebas, dari savana, gunung sampai hutan rimba. Dan untuk itu dibutuhkan peralatan dan perlengkapan sebagai berikut:
• Peta topografi
• Penggaris
• Kompas
• Konektor
• Busur Derajat
• Altimeter
• Pensil
PETA TOPOGRAFI
Peta adalah gambaran dari permukaan bumi yang diperkecil dengan skala tertentu sesuai dengan kebutuhan. Peta digambarkan siatas bidang datar dengan sistem proyeksi tertentu. Peta yang digunakan untuk kegiatan alam bebas adalah Peta Topografi. Peta topografi adalah suatu representasi di atas bidang datar tentang seluruh atau sebagian permukaan bumi yang terlihat dari atas dan diperkecil dengan perbandingan ukuran tertentu. Peta topografi menggambarkan secara proyeksi dari sebagian fisik bumi, sehingga dengan peta ini bisa diperkirakan bentuk permukaan bumi. Bentuk relief bumi pada peta topografi digambarkan dalam bentuk garis-garis kontur. Dalam menggunakan peta topografi harus diperhatikan kelengkapan petanya yaitu:
• Judul Peta
Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain yang menonjol
• Keterangan Pembuatan Peta.
Merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan di bagian kiri bawah dari peta
• Nomor Peta (Indeks Peta).
Adalah angka yang menunjukan nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas.
• Pembagian Lembar Peta.
Adalah penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di sekitar peta yang digunakan, bertujuan untuk memudahkan penggolangan peta bila memerlukan interpretasi suatu daerah yang lebih luas.
• Sistem Koordinat.
Adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat. Macam koordinat adalah:
o Koordinat Geografis: Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan dengan garis lintang (LU dan LS) atau kordinat yang penyebutannya menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya menggunakan derajat, menit dan detik. Misalnya Co 120°32' 12"BT 5°17' 14" LS.
o Koordinat Grid: Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid. Kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan.
o Koordinat Lokal: Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat dibuat garis-garis faring seperti grid pada peta.
Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta. Kedua sistem koordinat ini adalah sistem yang berlaku secara internasional. Namun dalam pembacaan seiring membingungkan, karenaya pembacaan koordinat dibuat sederhana atau tidak dibaca seluruhnya.
Misalnya: 72100 mE dibaca 21, 9° 9700 mN dibaca 97, dan lain-lain.
• Skala Peta.
Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horisontal sebenarnya di medan atau lapangan. Rumus jarak datar dipeta dapat dituliskan sbb:
Jarak Di Peta X Skala = Jarak Di Medan Penulisan skala peta biasanya ditulis dengan angka non garis (grafis). Misalnya Skala 1:25.000, berarti 1 cm si peta sama dengan 25m di medan yang sebenarnya.
• ORIENTASI ARAH UTARA.
Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum menggunakan peta dan kompas, karena tiga arah tersebut tidak berada pada satu garis. Tiga arah utara tersebut adalah:
o Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu utara yang melalui Kutup Utara di Selatan Bumi.
o Utara Peta (Grid North/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar dengan garis jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta.
o Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak panah separuh), yaitu Utara yang ditunjukan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu mengalami perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau Timur) dikarenakan oleh pengaruh rotasi bumi. Hanya ada di medan, karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan sudut, antara lain:
§ Penyimpangan sudut antaraUS - UP balk ke Barat maupun ke Timur, disebut ikhlaf Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Yang menjadi patokan adalah Utara Sebenarnya (US).
 Penyimpangan sudut antara US -UM balk ke
§ Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Magnetis (IM) atau Deklinasi. Yang menjadi patokan adalah I Utara Sebenarnya (IS).
 Penyimpangan
§ sudut antara UP - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Utara Peta-Utara Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi patokan adalah Utara Peta f71'. dengan diagram sudut digambarkan US UP UM
• GARIS KONTUR ATAU GARIS KETINGGIAN.
Garis kontur adalah gambaran bentuk permukaan bumi pada peta topografi. Sifat-sifat garis kontur, yaitu:
o Garis kontur merupakan kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu sama lain dan tidak bercabang.
o Garis kontur yang didalam selalu lebih tinggi dari yang diluar.
o Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang sama.
o Indek kotur dinyatakan dengan garis tebal.
o Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal. Jika garis kontur bergerigi (seperti sisir) maka kemiringannya hampir sama atau sama dengan 90°.
o Pelana (sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya tetapi terpisah satu sama lain. Sadel yang terdapat diantara dua gunung besar dinamakan PASS.
• TITIK TRIANGULASI.
Selain dari garis-garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat dengan pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi, titik ini adalah suatu titik atau benda yang meruakan pilar atau tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permungkaan laut. macam-macam titik triangulasi:
o Titik Primer, 1'.14 titik ketinggian gol. I, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120
o Titik Sekunder, S.45, titik ketinggian gol. II, No.45, tinggi 2340 mdpl. 2340
o Titik Tersier, 7:15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl 975
o Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol.IV No. 20, tinggi 875 mdpl 875
o Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl 670
o Titik Kedaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.I 31, tg 1202 mdpl 7202
o Titik kedaster Kuater, K.Q 1212, titikketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212, tinggi 1993 mdpl 1993
• LEGENDA PETA.
Adalah informasi tambahan untuk memudahkan interprestasi peta, berupa unsur yang dibuat oleh manusia maupun oleh alam. Legenda peta yang penting dan perlu sekali dipahami antara lain:
o Titik ketingian
o Jalan setapak
o Garis batas wilayah
o Jalan raya
o Pemukiman
o Air
o Kuburan, dll.
MEMAHAMI PETA TOPOGRAFI
A. MEMBACA GARIS KONTUR
• Punggungan Gunung
Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U dimana Ujung dari huruf U menunjukan tempat atau daerah yang lebih pendek dari kontur diatasnya.
• Lembah atau Sungai
Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V terbalik) dengan Ujung yang Tajam.
Daerah landai datar dan terjal curam
Daerah datar/landai garis konturnya jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya rapat.
MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR
Pada peta skala 1:50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan:
• Cari dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misalnya titik A dan B
• Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B)
• Hitung jumlah kontur antara A dan B
• Bagilah selisih ketinggian antara A-B dengan jumlah kontur antara A-B hasilnya adalah interval kontur.
C. UTARA PETA
Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama-tama carilah utara peta tersebut. selanjutnya lihat judul peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta). Atau lihat tulisan nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas dari tulisan tersebut.
D. MENGENAL TANDA MEDAN
Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan orientasi harus juga digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu:
• Lembah antara dua puncak
• Lembah yang curam
• Persimpangan jalan atau ujung desa
• Perpotongan sungai dengan jalan setapak
• Percabangan da kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain
Untuk daerah yang datar dapat digunakan, persimpangan jalan dan percabangan sungai, jembatan dan lain-lain.
E. MENGGUNAKAN PETA
Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah tentu titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelum berjalan catatlah:
• Koordinat titik awal (A)
• Koordinat titik tujuan (B)
• Sudut peta antara A - B
• Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A - B
• Berapa panjang lintasan antara A - B dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lintasan A - B
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah.
• Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta
• Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan peta
• Gunakan kompas untuk melihat arah kita, apakah sudah sesuai dengan tanda medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum.
• Perkirakan berapa jarak lintasan. Misalnya, medan datar 5 km ditempuh selama 60 menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit.
• Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.
• Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan arah perjalanan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lainnya-lainnya.
• Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuatkan lintasan dengan jalan membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan skala peta. Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan panjang lintasan sebenarnya.
F. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA
Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tanda-tanda tertentu di peta. Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Camp berada pada koordinat titik A (3989 : 6360) + 1400 m dpl. Basecamp memerintahkan tim Camp agar menuju koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301 m dpl. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
• Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimulai dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).
• Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tarik garis dari A ke T, kemudian dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A - T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut menggunakan sistem Azimuth (0" - 360°) searah putaran jarum jam. Sudut ini berguna untuk mengorientasikan arah dari A ke T.
• Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun berkelok-kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun punggungan. Harus dipahami betul bentuk garis-garis kontur. Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tempuh:
o Kemiringan lereng dan Panjang lintasan
o Keadaan dan kondisi medan (misalnya hutan lebat, semak berduri atau pasir)
o Keadaan cuaca rata-rata
o Waktu pelaksanaan (pagi, siang atau malam)
o Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.
G. MEMBACA KOORDINAT
Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:
• Cara koordinat peta
Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukan koordinat ini meggunakan:
o Sistem Enam Angka, misalnya: koordinat titik A (374:622), titik B (377:461)
o Cara Delapan Angka, misalnya: koordinat titik A (3740:6225), titik B (3376:4614)
• Cara Koordinat Geografis
Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 44' 27,79". Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah barat Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta.
H. SUDUT PETA
Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam. Sistem pembacaan sudut dipakai Sistem azimuth (0° - 360°). Sistem Azimuth adalah sistem yang menggunakan sudut-sudut mendatar yang besarnya dihitung atau diukur sesuai dengan arah jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan. Sistem perhitungan sudut dibagi menjadi dua berdasarkan sudut kompasnya.
AZIMUTH SUDUT KOMPAS
Back azimuth: bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi 180°. Bila sudut kompas < 180° maka sudut kompas ditambah 180°.
TEHNIK MEMBACA PETA
Prinsipnya: "menentukan posisi dari arah perjalanan dengan membaca peta dan menggunakan tehnik orientasi dan resection, bila keadaan memungkinkan"
Titik awal: Kita harus tahu titik keberangkatan kita, baik itu dipeta maupun di lapangan. Plot titik tersebut di peta dan catat koordinatnya.
Tanda Medan: Gunakan tanda medan yang jelas (punggungan yang menerus, aliran sungai, tebing, dll) sebagai guide line atau pedoman arah perjalanan. Kenali tanda medan tersebut dengan menginterprestasikan peta.
Arah Kompas: Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita. Apakah sesuai dengan arah punggungan atau sungai yang kita susuri.
Menaksir Jarak: Dalam berjalan, usahakan selalu menaksir jarak dan selalu memperhatikan arah perjalanan. Kita dapat melihat kearah belakang dan melihat jumlah waktu yang kita pergunakan. Jarak dihitung dengan skala peta sehingga kita memperoleh perkiraan jarak di peta. Perlu diingat, bahwa taksiran kita itu tidak pasti.
10' x 10' untuk peta 1:50.000
20' x 20' untuk peta 1:100.000
Untuk peta ukuran 20' x 20' disebut juga LBD, sehingga pada 20' pada garis sepanjang khatulistiwa (40.068) merupakan paralel terpanjang.

40.068km: (360° : 20') = 40.068 km: (360° : 1/3) = 40.068 km: (360° x 3) 40.068km : 1080 = 37,1km
Jadi 20' pada garis sepanjang khatulistiwa adalah 37,1 km. Jarak 37,1 km kalau digambarkan dalam peta skala 1 : 50.000 akan mempunyai jarak: 37,1 km = 3.710.000 cm. Sehingga dipeta: 3.710.000 : 50.000 akan mempunyai jarak: 37,1km = 3.710.000 : 50.000 = 74,2 cm.
Akibatnya 1 LBD peta 20' x 20' skala 1:50.000 di sepanjang khatulistiwa berukuran 74,2 x 74,2cm. Hal ini tidak praktis dalam pemakaiannya.
Lembar Peta
Dikarenakan LBD tidak praktis pemakaiannya, karena terlalu lebar. Maka tiap LBD dibagi menjadi 4 bagian dengan ukuran masing-masing 10' x 10' atau 37,1 x 37,1 cm. Tiap-tiap bagian itu disebut lembar peta atau sheet, dan diberi huruf A, B, C, D. Jika skala peta tersebut 1:50.000, maka peta itu mempunyai ukuran 50.000 x 37,1 = 1.855.000cm = 18,5km.
Penomoran Lembar Peta
• Meridian (garis bujur) yang melalui Jakarta adalah 106° 48' 27,79" BT dipakai sebagai meridian pokok untuk penomoran peta topografi di Indonesia. Jakarta sebagai garis bujur 0.